Skip to main content

Long journey to The Netherlands with a toddler

Perjalanan membawa anak usia 14 bulan selama 18 jam di udara untuk pertama kalinya memberikan pengalaman yang cukup menegangkan. Saya dan suami bergantian menenangkan anak yang mungkin tidak nyaman dengan tekanan tinggi didalam pesawat tetapi belum mampu bicara. Lelah bukan saja terjadi pada anak saya, tetapi saya dan suami pun akan kelelahan dengan atau tanpa anak.

Tekanan tinggi dipesawat dapat memberikan rasa tidak nyaman di telinga, terutama pada anak. Akan tetapi kami tidak menggunakan earplug untuk Defandra, nama anak saya, ataupun ear cover karena memang anaknya tidak suka ada apapun menempel dikepalanya. Opsi lain dengan menggunakan botol ataupun pacifier ditolak mentah-mentah. Maka, menyusui adalah solusi terbaik untuk mengurangi tekanan di telinganya saat take-off. Alternatif lain yang kami siapkan untuk menenangkannya selama di pesawat adalah memberinya video anak. Video anak yang tersedia di pesawat sangat terbatas dan tidak begitu familiar sehingga kami sengaja bersiap untuk membawa gadget khusus untuk anak kami. Upaya-upaya itu berlangsung selama kurang lebih 12 Jam hingga kami tiba di Dubai. 

Sesi makan kami yang seharusnya bisa dengan menikmati makanan dengan baik jadi terasa aneh karena melihat Defandra kesulitan mengonsumsi makanan orang dewasa yang disajikan. Makanan bayi yang tersedia hanyalah puree yang menurut saya dan suami tidak enak (maaf yaa). Untung kami sempat menyiapkan bekal untuk Defandra sebelum kami take-off. Buah, kue, roti, dan beberapa snacks sangat berguna selama perjalanan. 

Transit menjadi moment yang sangat baik bagi kami. Bisa rileks sejenak dari tekanan tinggi di udara, berjalan-jalan dengan pemandangan yang sedikit berbeda daripada di pesawat. Ini juga Nampak cukup refreshing untuk Defandra. Karena begitu tiba di bandara Dubai, dia tampak jauh lebih segar. Transit time hanya 2 jam, tapi cukup untuk membuat Defandra lebih nyaman tidur dibandingkan didalam pesawat. Kami juga sempat mencoba membeli snacks di bandara tersebut, hanya saja mata uang yang dipakai adalah Dirham dan kami belum menyiapkan itu. Akhirnya menggunakan debit BNI kami dapat bertransaksi disana dengan mengacu pada konversi dirham ke rupiah menurut kurs BNI. Maka, bagi yang akan melakukan perjalanan dengan transit yang lebih lama, jangan lupa menukarkan uang atau memastikan kartu untuk berbelanja (debit ataupun kredit) dapat digunakan di negara tersebut. 

Dari Dubai menuju Amsterdam, kami menggunakan pesawat yang dioperasikan oleh perusahaan milik Belanda. Pelayanan sangat ramah pada anak. Disana Defandra lebih nyaman, bahkan dia senang sekali mondar-mandir di lorong pesawat. Karena saat itu dia belum lancar berjalan, saya harus ikut mondar-mandir menemani dia. Melihat adanya anak kecil di pesawat lebih menyenangkan bagi anak saya karena saat itu dia sudah mulai aware pada lingkungannya. 

Hingga tiba di Amsterdam, kami harus meneruskan perjalanan menuju kota tempat saya menuntut ilmu. Opsi yang tersedia dari bandara Schiphol menuju Nijmegen adalah menyewa taksi atau menggunakan kereta. Meskipun membawa 3 koper, 2 tas besar, dan 1 bayi (tanpa stroller), kami tetap memutuskan untuk menggunakan kereta. Hal ini dikarenakan selain biaya yang lebih murah dibandingkan dengan menyewa taksi, juga dikarenakan fasilitas kereta yang tersedia sudah cukup nyaman bagi kami meskipun membawa banyak barang bawaan. Apalagi jika bepergian diluar jam sibuk, kereta biasanya lebih kosong. 

Untuk bepergian di Belanda, bisa menggunakan tiket print untuk satu kali perjalanan yang dibeli di mesin tiket atau menggunakan ov-chipkaart. Sayangnya, mesin tiket ini hanya menerima pembayaran dengan kartu. Anda dapat juga membeli tiket di loket yang tersedia dengan uang cash, tetapi antrian lebih panjang daripada menggunakan mesin. Tiket ini hanya diperlukan oleh anak berusia diatas 4 tahun, karena setiap anak berusia dibawah 4 tahun gratis menggunakan segala transportasi yang ada di Belanda.

Ov chipkaart adalah sebuah kartu transportasi yang dapat diisi ulang di mesin tiket manapun di Belanda. Jika anda tidak memiliki alamat dan rekening yang dikenal di uni eropa, anda hanya dapat menggunakan ov-chipkaart yang sifatnya anonymous atau dapat digunakan siapapun. Untuk memperolehnya, anda dapat memesan online di website resmi ov-chipkaart atau membelinya di loket tiket kereta di setiap stasiun utama (central station). Jika anda memiliki alamat dan rekening yang diakui di Belanda, anda dapat menggunakan ov-chipkaart yang dikhususkan hanya untuk anda. Terdapat foto dan nama anda di kartu tersebut, maka ia disebut personal ov-chipkaart. untuk memperoleh kartu jenis ini, anda hanya dapat memesan secara online di website resminya.

Kami memilih menggunakan ov-chipkaart daripada menggunakan tiket print. Hal ini karena ov-chipkaart tidak hanya dapat digunakan untuk kereta, tetapi juga dapat digunakan untuk bis. Saat ini hampir seluruh perusahaan bis di Belanda hanya menerima pembayaran tiket bis melalui ov-chipkaart atau kartu debit dari bank di Belanda. Selebihnya anda tidak dapat menggunakan bis. Oleh karena itu, membeli ov-chipkaart seharga 7,5 euro akan lebih berguna bagi pendatang baru ataupun short-time travel. Ditambah lagi, pengguna ov-chipkaart akan mendapat tarif yang jauh lebih murah dibandingkan dengan membayar menggunakan kartu debit. 

Tiba di stasiun Nijmegen, syukur kami dijemput landlord kami yang hingga saat ini sudah kami anggap seperti keluarga kami sendiri. Itu juga yang membuat kami merasa menggunakan taksi tidak akan terlalu signifikan bagi kami.

Comments